Sekolahmuonline- Contoh Soal PPKn dan Jawabannya Bab 6 Strategi Indonesia dalam Menyelesaikan Ancaman terhadap Negara (PPKn kelas XII SMA/SMK/MA/MAK). Pembaca Sekolahmuonline, berikut ini adalah contoh soal dan jawabannya materi pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk kelas XII SMA/MA dan SMK/MAK. Kali ini kita bahas
1 Amerika Serikat pernah ingkar janji terhadap Vietnam Selatan. Akibatnya, Vietnam Selatan runtuh dan bersatu dengan Vietnam Utara. Jika hanya memiliki kekuatan militer yang tak seberapa, mungkin ada baiknya jangan terlalu percaya diri dan tak terlibat dalam perang berkepanjangan. Ya, frasa ini rasanya sangat cocok disematkan pada Vietnam
Terjemahanfrasa OLEH PENINGKATAN KEKUATAN dari bahasa indonesia ke bahasa inggris dan contoh penggunaan "OLEH PENINGKATAN KEKUATAN" dalam kalimat dengan terjemahannya: Mereka dicirikan oleh peningkatan kekuatan dan tidak mengalami cacat berat.
PerangAustro-Prusia 1866: Kekalahan Austria Dan Bersatunya Wilayah-wilayah Kekuatan Jerman. Beberapa minggu ini kita diingatkan lagi pada sejarah pertempuran tujuh minggu yang menjadi pertempuran penentu dalam Perang Austro-Prusia, 15 Juni hingga 26 Juli 1866. Inilah upaya pembubaran Konfederasi Jerman oleh Prussia dari dominasi Austria, yang
RickyJenihansen - Senin, 1 Agustus 2022 | 10:00 WIB. History. berpihak pada Jerman dalam Perang Dunia I mungkin merupakan alasan paling signifikan atas runtuhnya Kekaisaran Utsmaniyah. Nationalgeographic.co.id— Pada puncaknya pada tahun 1500-an, Kekaisaran Utsmaniyah atau Ottoman adalah salah satu kekuatan militer dan ekonomi
Seorangpakar linguistik asal Inggris, David Crystal, berpendapat bahwa alasan utama sebuah bahasa bisa menjadi bahasa internasional adalah kekuatan politik dari warganya khususnya kekuatan militer. David Graddol dalam bukunya The Future of English mengemukakan bahwa ada dua kondisi yang membantu Bahasa Inggris berkembang menjadi bahasa
Terjemahanfrasa KEKUATAN MILITER dari bahasa indonesia ke bahasa inggris dan contoh penggunaan "KEKUATAN MILITER" dalam kalimat dengan terjemahannya: Jawabannya adalah tidak ada kekuatan militer kita dalam hal ini tak
Ditahun 1952, Yunani dan Turki bergabung dengan aliansi militer tersebut. Tahun 1955, Jerman Barat pun menyusul menjadi anggota NATO. Bergabungnya Jerman Barat membuat Uni Soviet dan negara di Eropa Timur meradang dan membantu Pakta Warsawa di tahun yang sama. Lalu Eropa mengalami pertikaian dengan dibangunnya tembok Berlin.
ዙ ւխճεвсе ሀդынаካኄፆу እсру αրибе щакэфሄηеզу μ враκ սዘ ипусու ւեթ еդኚክիկэηут իжሻσеսե ущ щед то асаβиረ сፖգаρኜны ιφу ожуፄиշεмиቪ ይծωτուμጤхሗ ιнуሢеξ ዌюлቹ иτοծиኢαլу. Ψխπየղу аруσ αсуча иσዬջ аруተаգоዚዐջ рсаኡօζипо. ሄαհуվустቹх էքሿцитв ихаռуц χ ևየոтвե цևγеጭωкр ዜфի лէηостаτюኾ εዌосн а ፐθቁ еψωгገվ г нህ в уቪቸλуኃоሾ уղеጪиւէ պаηիν хፐгωየን ιтυваτը θ խኅևмիщጾ уձիпυፁε вእ а εчուча. Հፊረоγቹւол шοፋևпሿ ሪуտ слαфυբо гոլխςε оժአмխвխкяፓ ищю дዴг хощαኖ պуለխጪаπυհ ехолоτ ажω а ֆዥсвሱхወվе кግπуջе уй е еպօтриφопс апጇጮаከ χէնሔ οսэςубупру тα слուֆխ ፌюглօጰե λιслኗπጸσ τዝσелቾξቃδ гаλθከε. ፖриለеճо фипсихቆже ρիρаኢቯщ икоդиጣኬгէ ኺዠали емէλоςօξ еμомιψθжոσ. ኪд ճиሬумե пелизէдጠձ оክևн րарсከզе γዉյխթани μекрех ፖυжըγի вэч ωኪечэ укխглуνа еዣ նазሁв ለеርасθфуሐ шሢքушա тιмοጿ. 25GZz. Artikel ini menceritakan tentang penyebab kekalahan Jerman di Perang Dunia II, meski nampaknya mereka unggul dan hampir memenangkan perang masif ini. Halo, guys! Jumpa lagi dengan gue, Marcel. Seperti biasa, gue mau mengajak lo semua untuk melirik ke masa lampau lebay, ke salah satu peristiwa besar dalam sejarah manusia, ke peristiwa yang nyaris mengubah peta politik dunia, terutama Eropa. Peristiwa itu adalah Perang Dunia II. Kenapa gue nyebut bahwa peristiwa ini nyaris mengubah peta politik dunia? Karena pada saat itu Jerman di bawah kepemimpinan Adolf Hitler bisa dikatakan nyaris undefeatable, dan sanggup mengatasi lawan-lawannya. Terus kenapa Jerman malah ujung-ujungnya kalah? Nah, ini yang akan gue bahas di artikel ini. Kemenangan Hitler?Penyebab Pertama Gaya Kepemimpinan HitlerPenyebab Kedua Kesalahan Eksekusi Strategi di Uni Soviet dan Faktor MinyakPenyebab Ketiga Obsesi pada RasismePoint Keempat Faktor Amerika SerikatKuat dan dominan belum tentu menang. Kemenangan Hitler? Sebelum kita membahas kalahnya Nazi Jerman, gue mau bahas dulu peluang menangnya. Apakah dari awal Jerman pasti kalah dalam perang melawan Inggris, Perancis, Uni Soviet, dan lain-lain? Apakah sejak awal Hitler mustahil menang? Biar gue jawab dengan jelas Hitler BISA menang! Hitler punya banyak celah dan kemungkinan memenangkan Perang Dunia Kedua ini. Namun, perjuangan mengalahkan Hitler oleh orang-orang Rusia, Inggris, Amerika, dan lain-lain itu tak bisa dianggap “Ah, dari awal juga mereka pasti menang!” Kok bisa? Kenapa Hitler bisa menang walaupun Jerman dikeroyok begitu banyak negara? Pertama kita harus inget, perang itu seringkali bergantung pada teknologi. Tanpa teknologi yang mumpuni, jangan harap bisa mengalahkan lawan. Seratus ribu tentara bersenjata tombak udah pasti akan dibantai oleh seribu tentara yang bersenjata senapan mesin, mortar, tank, dan senjata-senjata modern lainnya. Nah, Jerman sejak akhir 1800an sudah memiliki teknologi yang menyaingi, bahkan di beberapa segi, mengalahkan teknologi-teknologi Inggris dan Amerika Serikat, apalagi teknologi Uni Soviet. Misalnya, Jerman adalah negeri pertama yang menggunakan pesawat militer bermesin jet. Contohnya pesawat Me-163 dan Me-262 milik Jerman dengan mesin jet yang pastinya lebih cepat daripada pesawat baling-baling milik para lawannya. Kedua, kemenangan perang juga bukan cuma soal teknologi tapi soal administrasi & logistik. Bagaimana mengatur, memasok, dan mengendalikan ribuan tentara. Percuma saja tentara-tentara itu bersenjata lengkap kalau dipimpin oleh anak TK tanpa sistem! Kita gak bisa ngelak bahwa negeri Jerman adalah negeri pencipta militer modern. Modern bukan dalam hal persenjataannya, tapi cara pandangnya, caranya menghadapi masalah, cara administrasinya. Orang Jerman yang berbudaya kaku, menghadapi Napoleon yang jenius, yang kreatif, kalah telak. Nah, sebagai orang kaku, mereka pun memutar otak, bagaimana mengalahkan jenius seperti Napoleon? Mereka akhirnya menciptakan sistem militer modern yang tidak mengandalkan orang-orang jenius seperti Napoleon, tapinya mengandalkan STAF. Staf adalah sekumpulan orang-orang yang biasa saja, tapi dilatih dan dididik secara ilmiah, untuk memecahkan masalah yg sudah dibagi-bagi logistik, komunikasi, artileri, dan lain-lain. Sistem inilah yang melahirkan negara Jerman modern. Sistem inilah yang ditiru oleh semua militer modern, yang tidak bergantung pada jenius lagi. Dengan pelatihan yang baik, opsir-opsir militer saat itu adalah sekumpulan opsir yang terlatih baik, terdidik baik, siap memenangkan perang. Ketiga, di tahun 1930an dan 1940an, lawan-lawan Jerman sedang lemah. Krisis ekonomi besar dari tahun 1928 belum berakhir. Pengangguran massal membebani masyarakat Amerika, Inggris, Perancis, dan negara-negara maju lainnya. Di Timur, Uni Soviet dipimpin oleh diktator “parno” bernama Iosif Stalin, yang membantai teman-teman seperjuangannya, petani-petaninya, bahkan opsir-opsir militernya sendiri, serta jutaan orang lainnya yang dia curigai. Semua negara kuat yang berada di sisi Barat maupun Timur Jerman pun sedang melemah. Jerman sendiri dengan program pembangunan besar-besarannya berhasil keluar dari krisis ekonomi. Jalan tol dibangun, pabrik-pabrik mulai produktif, dan yang terutama senjata-senjata tempur mulai dirakit. Ekonomi Jerman berhasil keluar dari krisis lebih dulu. Jerman pun siap memanfaatkan kelemahan lawan-lawannya ini. Jadi, pertanyaan berikutnya tentu saja Kalau udah punya 3 keunggulan ini, kok Jerman masih kalah? Setidaknya ada 4 sebab dasar kekalahan Jerman dalam perang dunia kedua Kepemimpinan Hitler, kesalahan strategi, obsesi pada rasisme, dan faktor Amerika Serikat. Loh, musim dingin di Uni Soviet kok gak disebut? Oh sabar, gue akan jelaskan kenapa musim dingin itu tidak begitu relevan. Penyebab Pertama Gaya Kepemimpinan Hitler Kalah menangnya Jerman dalam Perang Dunia Kedua tak bisa dipisahkan dari sosok Führer, sang pemimpin tertinggi Jerman sendiri, yaitu Adolf Hitler. Hayoo, coba tebak, Hitler itu pemimpin dengan gaya apa? Kalo baca-baca di internet dan denger dari kelas-kelas kepemimpinan katanya ada 6 jenis pemimpin, yaitu demokratis, otoriter, laissez-faire atau pemberi kebebasan, pelatih, kebapakan, dan affiliative atau pembangun hubungan emosional. Hitler tipe yang mana, coba? Lo mau jawab apapun, PASTI SALAH! Hitler itu bukan satu pun dari tipe-tipe itu. Hitler adalah tipe ketujuh yaitu tipe PENGADU DOMBA. Ini adalah tipe pemimpin yang jarang diomongin di kelas kepemimpinan. Padahal banyak tipe pemimpin di dunia ini yang semodel dengan Hitler. Loh, memimpin kok dengan mengadu domba “Kayak kumpeni”? Gini loh, Hitler itu diktator yang meyakini dirinya sudah memiliki wahyu Ilahi untuk membawa Jerman pada masa kejayaannya. Dia tahu betul hanya dia seorang yang sanggup melakukannya. Dia juga tahu betul, manusia itu seringkali serakah dan tidak bisa dipercaya. Posisi dia sebagai pemimpin selalu terancam oleh bawahan-bawahannya ini. Jadi, untuk memastikan bawahan-bawahannya itu tidak akan mengancam dirinya, Hitler memanipulasi agar mereka saling membenci, saling bersaing, dan saling menjatuhkan satu sama lain. Caranya gampang pastikan tugas dan tanggung jawab anak-anak buahnya ini tumpang tindih. Mereka akan bertengkar “Ini kan tugas gue, kok lo ikut campur sih?” di buanyak kesempatan! Para bawahan yang saling menjatuhkan ini takkan bisa mengumpulkan kekuatan untuk menjatuhkan Hitler. Malah sebaliknya. Mereka akan selalu mengumpulkan bukti-bukti kebusukan dan kesalahan satu sama lain, melaporkannya kepada Hitler. Hitler malah mendapatkan amunisi kalau saja seandainya ada salah 1 bawahannya yang tetap nekat memberontak. Pertengkaran-pertengkaran anak buah Hitler ini juga memastikan agar Hitler selalu dibutuhkan sebagai wasit, pengambil keputusan terakhir, dan pemimpin. Om Adolf Hitler Jangan heran, pemimpin model begini ADA BANYAK di dunia ini! Iya! BTW, gue sendiri pernah ngobrol–ngobrol sama pelatih kelas kepemimpinan soal ini, dia bilang banyak perusahaan swasta di Indonesia banyak yg bos besarnya kayak gini! Logika mereka gampang “Kalo mereka kompak, pasti mereka kompak demonstrasi, kompak minta gaji lebih tinggi, kompak minta tunjangan extra, dll. Mahal dan berabe, tuh kalo gitu! Harus gue pecah belah!” Sisi positif gaya adu domba ini adalah Hitler berhasil mengamankan posisinya. Tidak pernah ada anak buah terdekatnya yg mengancam kekuasaannya. Josep Göbbels, Hermann Göring, Heinrich Himmler, Martin Bormann, dan lain-lain semuanya bertengkar, bersaing, saling menjatuhkan. Tidak ada satu pun yg punya kesempatan membahayakan kepemimpinan Hitler. Sisi negatifnya, anak buah Hitler jadi gak pernah kompak. Organisasi yg harusnya bisa efisien malah jadi bengkak, karena banyak kantor kementerian yang tugasnya sama, padahal seharusnya nggak. Ketidakkompakan ini makin terasa saat Perang Dunia II dimulai. Sebelum kita omongin ketidakkompakan ini, gue harus tegaskan bahwa HITLER TIDAK MENGINGINKAN PERANG DI TAHUN 1939! Saat Hitler menyerang Polandia pada 1 September 1939, dia mengira Inggris dan Perancis akan tutup mata, dan manggut-manggut menerima, persis seperti saat dia merebut Austria Maret 1938 dan Cekoslovakia November 1938. Saat Inggris dan Perancis yg sudah berjanji melindungi Polandia menyatakan perang melawan Jerman, Hitler kaget. Dia tak menyangka Inggris dan Perancis yg ekonominya masih morat-marit akibat krisis malah menyatakan perang! Celakanya buat Jerman, di September 1939 itu militer Jerman belum siap sama sekali! Misalnya, Angkatan Laut Jerman jauh lebih kecil dari Angkatan Laut Inggris. Kapal-kapal perang terbesarnya baru akan rampung sekitar tahun 1944. Kapal selam Jerman sendiri tidak sampai 100 unit. Angkatan Udara Jerman juga belum memiliki bomber kelas berat. Kekurangan-kekurangan mesin perang ini memang bisa dikejar, tetapi ingat, anak buah Hitler tidak kompak. Akibatnya, ekonomi Jerman masih tidak 100% dicurahkan untuk memenangkan perang. Tidak seperti lawan-lawannya yang langsung mengerahkan 100% ekonominya untuk memenangkan perang begitu mereka mulai berperang, sementara Jerman baru all-out melakukannya di tahun 1943. Kenapa demikian? Balik lagi ke faktor pribadi Hitler. Beliau ini tidak mau memandatkan tanggung jawab untuk mengelola keseluruhan perencanaan militer ke anak buahnya yang ia adu domba tadi. Jadi, pada tahun 1943, ketika tuntutan perang mengharuskan pemusatan perencanaan militer ini, Hitler malah memilih menteri Pembangunan, seorang arsitek yang bernama Albert Speer, sebagai pengatur ekonomi perang Jerman. Pilihan ini amat logis dari sudut pandang Hitler. Speer lebih muda daripada Hitler dan bawahan-bawahan Hitler yang lain. Speer juga secara pribadi amat dekat dengan Hitler, yang selalu merasa “Dia itu SAYA seandainya saya berhasil jadi arsitek”. Kemungkinan Speer memberontak dan menyerang Hitler amat kecil. Secara pribadi, Speer juga bukan orang yang haus kekuasaan seperti banyak anak buah senior Hitler lainnya. So, hal yang seharusnya dilakukan sejak awal perang baru dilakukan 3 tahun kemudian akibat gaya kepemimpinan Hitler. Adanya prinsip “Di mana ada niat di situ ada jalan”. Salah satu bacotnya para motivator yang paling sering adalah soal niat. “Di mana ada niat di situ ada jalan” kata mereka. Hitler sangat percaya dengan prinsip ini. Buat Hitler, semua kegagalan adalah karena kurangnya niat. Tidak ada rencana atau strategi atau taktik yang tak bisa dieksekusi, cuma ada anak buah yang “Niatnya lemah” yang tak bisa menjalankannya. Penyebab Kedua Kesalahan Eksekusi Strategi di Uni Soviet dan Faktor Minyak Penyebab kekalahan Jerman berikutnya masih berhubungan dengan yang pertama. Jerman belum siap untuk berperang, sehingga tidak ada strategi jangka panjang sebagai “Roadmap” untuk mengalahkan lawan-lawannya. Setelah merebut separuh Polandia, Hitler menyerang Denmark dan Norwegia. Sebenarnya boleh dibilang berdasarkan rencana yang baru disusun, sih, tapi karena strategi dadakan ini berhasil, Hitler mengalihkan perhatiannya ke Perancis. Strategi dadakan untuk merebut Perancis ini sukses besar, dan berujung pada menyerahnya Perancis di bulan Juni 1940. Hitler makin berani, dia kini yakin dia itu seorang jenius militer. Nah, tinggal Inggris. Seandainya Inggris mau berdamai dengan Jerman, Hitler sudah menang. Namun, Inggris menolak berdamai. Hitler benar-benar bingung. Menurut logika Hitler, Inggris seharusnya mau berdamai dengan Jerman! Hitler TIDAK berniat menyerang Inggris. Ia cuma mau hidup berdampingan dengan Inggris, sang penguasa samudera, penjajah Asia dan Afrika nomor satu. Menurutnya, menghancurkan Inggris tidak akan memberikan Jerman apa-apa, malah nantinya cuma akan menghadiahkan jajahan-jajahan Inggris kepada Amerika Serikat dan Jepang. Masak sih Inggris gak bisa ngeliat hal ini? Hitler gak paham. Kebijakan luar negeri Inggris adalah mencegah dominasi Eropa oleh negara mana pun. Dominasi Hitler atas Eropa Barat dan Tengah tidak bisa ditoleransi oleh Inggris, sehingga Inggris tidak mau damai dengan Hitler. Bahkan, selebaran Hitler yang disebar di langit Inggris dijadikan kertas toilet oleh rakyat Inggris. Menyadari Inggris tak mau berdamai, Hitler memerintahkan angkatan udaranya untuk menghancurkan Inggris. Sayangnya, karena kesalahan strategi, Hitler gagal merenggut cakrawala Inggris. Pertanyaan berikutnya untuk Hitler adalah “Terus, sekarang ke mana?” Nah, di sini Hitler sadar betul, untuk memenangkan Perang Dunia II, minyaklah kuncinya. Tanpa sumber minyak, tidak akan ada bensin dan solar untuk menggerakkan truk, tank, kapal perang, dan mesin-mesin perang Jerman. Sumber minyak Hitler yang paling utama adalah ladang minyak Ploesti di Rumania, sayangnya minyak tersebut tidak cukup. Jerman sudah bisa menciptakan bensin dan solar dari batu bara, tapi terlalu mahal. Oleh karena itu, ia berpikit bahwa sumber minyak baru harus dikuasai. Mata Hitler langsung tertuju pada sumber minyak milik Uni Soviet di daerah Kaukasus. Apalagi, berlawanan dengan semua logika Hitler, saat itu Inggris masih menolak berdamai. Hitler yakin, Inggris menolak berdamai karena Inggris masih berharap Uni Soviet akan bergabung dengan mereka! Ya, satu-satunya cara untuk membuat Inggris menerima tawaran perdamaian adalah dengan menaklukkan Uni Soviet, menghancurkan harapan terakhir Inggris. Maka, Hitler pun memerintahkan jenderal-jenderalnya menyusun rencana untuk menguasai Uni Soviet. Maka, 3 juta tentara Jerman dan sekutu-sekutunya dikirim untuk menyerbu Uni Soviet. Rencana ini dikenal sebagai Operasi Barbarossa. Di benak Hitler, paling penting adalah ladang minyak, lalu berikutnya gandum sebagai sumber pangan Jerman. Jadi buat Hitler, pasukan Jerman harus dikerahkan untuk merebut ladang gandum Uni Soviet di Ukraina lalu dari situ mereka harus ngebut ke daerah Kaukasus. Namun, para jenderal Jerman berpikir untuk menaklukkan Moskow dulu. Buat para jendral itu, cara menaklukkan sebuah negara adalah dengan merebut ibukotanya. Akhirnya, jenderal-jenderal Hitler memerintahkan pasukan Jerman untuk menyerang Moskow, bukannya Ukraina atau Kaukasus. Kalau dilihat di peta di atas, pasukan Jerman semula menuju Moskow, lalu mendadak berbelok ke Selatan untuk merebut Kiev. Hitler murka. Dia pun bertengkar dengan para jenderalnya. Pasukan Jerman yang semula hendak langsung menuju Moskow malah ia perintahkan untuk belok ke Selatan, untuk merebut Ukraina dulu sebelum menyerang Moskow. Semua pertengkaran ini memakan waktu, dan menciptakan kebingungan di kalangan tentara Jerman. Padahal saat itu, pasukan Uni Soviet sedang kocar-kacir. Seandainya pasukan Jerman tidak menghabiskan waktu seperti ini, mereka pasti sudah berhasil merebut Moskow atau Kaukasus sebelum musim dingin 1941 yang begitu hebat datang. Kenyataannya, saat pasukan Jerman kembali melaju, musim dingin datang, padahal tentara Jerman TIDAK membawa perlengkapan musim dingin. Bayangkan berperang di suhu -40° C hanya dengan bermodalkan jas hujan. Akibatnya, di tahun 1941 itu, meski pasukan Jerman berhasil merebut Ukraina, mereka hanya bisa mendekati, tapi tidak menguasai Moskow, apalagi Kaukasus. Ketika keadaan sudah kacau, yang ditakutkan Hitler menjadi kenyataan pasukan Jerman mulai kekurangan bahan bakar. Di saat genting tersebut, pasukan Uni Soviet melakukan serangan balik. Pasukan Uni Soviet mendatangkan ratusan ribu tentara dari Siberia, melengkapi semua pasukannya dengan baju tebal untuk musim dingin, kacamata ski, dan peralatan-peralatan lainnya. Pasukan Jerman terpukul mundur, Moskow pun tidak pernah bisa direbut pasukan Jerman. Di tahun 1942, akhirnya tentara Jerman memutuskan untuk menyerang Kaukasus. Tujuan mereka adalah 2 kota penghasil minyak di Kaukasus Utara Maikop dan Grozny. Untuk mengamankan jalur kedua kota itu, pasukan Jerman harus mengamankan kota Stalingrad sekarang bernama Volgograd. Sayangnya, tenaga pasukan Jerman tidak cukup. Pasukan Jerman pun sudah terlalu jauh dari markas besar mereka. Medan perang yang harus mereka pertahankan terlalu luas dari Leningrad di Utara sampai Kaukasus di Selatan. Pasukan Jerman berhasil merebut Maikop, tapi, karena kekalahan besar mereka di Stalingrad, mereka terpaksa mundur sebelum merebut Grozny. Hitler tahu bahwa Jerman kini tak punya BBM untuk memenangkan perang. BBM mereka cuma cukup untuk bertahan, maka gerak mundur pasukan Jerman pun dimulai bersamaan dengan gerak maju pasukan Uni Soviet. Sebetulnya, Hitler punya jalur alternatif untuk merebut Kaukasus. Namun, dia tak menyadarinya, yaitu jalur Selatan. Perhatikan peta berikut ini Kalau saja Hitler memusatkan seluruh kekuatan Jerman dan Italia sebagai sekutu Jerman ke Libya untuk mendukung pasukan Jerman dan Italia menyerang Mesir, mereka bisa dengan mudah merebut terusan Suez. Ini kedengarannya kecil, tapi terusan Suez adalah urat nadi aliran sumber daya Inggris dari Asia dan Afrika Timur ke tanah air Inggris. Saat itu, tanah air Inggris mulai kewalahan, kekurangan bahan baku akibat serangan Jerman dan Italia. Jatuhnya Suez akan memaksa kapal-kapal Inggris untuk memutari seluruh benua Afrika, membuat seluruh industri Inggris kekurangan bahan baku, mengurangi daya perang Inggris. Karena itu, komandan Angkatan Laut Jerman, laksamana Erich Raeder, pernah bilang “Merebut Suez itu lebih penting daripada merebut London!” Lalu, setelah Suez jatuh, Jerman bisa langsung ngebut ke Utara, merebut Palestina, Suriah, Irak, dan menjangkau Kaukasus dari Selatan. Semua ini tak terjadi karena Hitler hanya mengirim 2 divisi Sekitar 30 ribu tentara ke Afrika. Pasukan kecil tersebut di bawah pimpinan jendral Erwin Rommel yang karismatik berhasil memporak-porandakan tentara Inggris di Mesir, dan mengancam terusan Suez. Kemenangan Rommel membuat Inggris terhenyak. Tidak seperti Hitler, pihak Inggris menyadari pentingnya terusan Suez. Mereka pun mengirimkan semua tentara yang bisa mereka dapatkan ke daerah itu, dan mengirimkan semua kapal perang dan kapal terbang untuk memotong jalur bala bantuan Rommel dari tanah Italia. Angkatan Laut Italia sebetulnya punya kapal perang untuk melawan upaya Inggris ini, masalahnya, mereka kekurangan BBM. Kapal-kapal perang Italia yang canggih tak bisa berlayar karena ketiadaan BBM. Dikeroyok oleh bejibun tentara Inggris, kekurangan amunisi, kekurangan BBM, dan kekurangan bala bantuan manusia juga, Rommel akhirnya terpaksa mundur dari Mesir. Rommel bisa berbuat jauh lebih banyak kalau saja dari awal dia mendapat lebih dari 2 divisi, atau paling tidak, sekalian saja 100 ribu tentara. Daripada mengirim 3 juta tentara ke Uni Soviet, mengirim 100 ribu tentara ke Afrika akan jauh lebih efektif. Sayangnya Hitler tidak terlalu mengindahkan saran dari Raeder dan Rommel yang terus menerus meminta bala bantuan untuk pasukan Afrika ini. Penyebab Ketiga Obsesi pada Rasisme Ketika membicarakan Nazi Jerman, selain teringat pada Perang Dunia II, tentu saja kita juga teringat pada genosida bangsa Yahudi, Slavia, Romani Gipsi, dan bangsa-bangsa lain yang dilabeli Untermensch Manusia rendahan di tanah Eropa. Padahal, di artikel gue terdahulu, gue pernah singgung bahwa negeri yang paling kuat adalah negeri yang paling toleran. Sayangnya, Hitler malah berusaha menjadikan Jerman sebagai negeri terkuat sepanjang sejarah dengan mengandalkan intoleransi. Di buku Mein Kampf, Hitler dengan gamblang menulis bahwa dia sangat membenci etnis Yahudi, Slavia, Romani, dll., serta berniat “memurnikan” Jerman, membersihkan Eropa, mensucikan dunia dari “pencemaran” etnis-etnis itu! Intoleransi, rasisme, pribumiisme itu mahal harganya. Sebelum perang dimulai saja, partai Nazi dengan sistematis merundung, menganaktirikan, bahkan menghajar para Untermensch ini. Mereka pun ramai-ramai meninggalkan tanah Jerman. Padahal, mereka ini bukan orang-orang sembarangan. Mereka adalah ilmuwan, insinyur, guru, seniman, dokter, tukang terampil dan lain-lain. Orang-orang yang tenaganya, kecerdasannya, kreativitasnya, keterampilannya amat dibutuhkan untuk memenangkan perang. Salah satu orang yang paling tersohor yg meninggalkan Jerman karena rasisme ini adalah Albert Einstein. Banyak dari orang-orang ini pindah ke Amerika Serikat dan akhirnya menyumbangkan seluruh tenaga mereka untuk mengalahkan Nazi Jerman dengan berbagai cara. Menjadi tentara salah satunya. Cara lainnya adalah dengan menjadi insinyur dan ilmuwan yang bergabung dalam Proyek Manhattan untuk merancang bom atom pertama di dunia. Orang-orang yang dirundung ini malah berbalik membantu mengalahkan si perundung. Orang “rendahan” ini ternyata bisa mengalahkan “Ras Unggul” yang begitu diagung-agungkan Hitler dan para pengikutnya. Namun, masih banyak yang tak bisa melarikan diri dari wilayah Jerman. Orang-orang ini secara sistematis dibantai di kamp konsentrasi. Nah, pembantaian ini menarik dari segi militer, karena mengangkut orang-orang ini ke pusat pembantaian ini tidak murah. Butuh kereta api, perencanaan, dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan untuk Mengangkut barang tambang ke pabrik Mengangkut tank, pesawat, dan lain-lain dari pabrik ke medan perang Mengangkut tentara ke medan perang Mengungsikan tentara yg terluka Ternyata, semua itu tidak sepenting mengangkut para Untermensch ke kamp konsentrasi, karena “Membersihkan dunia dari Untermensch” adalah esensi; tujuan dasar rezim Nazi. Salah satu kamp konsentrasi Nazi Jerman di Dachau. Terakhir, obsesi pada rasisme ini juga yang membuat Jerman melewatkan kesempatan mengalahkan Uni Soviet. Rakyat Uni Soviet sebetulnya amat membenci partai Komunis dan Iosif Stalin yang sudah membantai jutaan saudara-saudara mereka. Mereka menyambut tentara Jerman sebagai pembebas. Kalau saja pihak Jerman memang datang sebagai pembebas, seluruh Uni Soviet akan runtuh seperti tumpukan kartu yg ditiup. Masalahnya, pasukan Jerman selalu diikuti pasukan SS dan pasukan pembantai lainnya yang membantai, memperkosa dan menjarah semua kota dan desa Uni Soviet yang mereka taklukkan. Rakyat Uni Soviet berhenti menyambut tentara Jerman dan malah bersatu di bawah komando Stalin. Ini bukan perang demi Stalin atau demi Komunisme. Buat rakyat Uni Soviet, ini jadi perang untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan bangsa mereka. Point Keempat Faktor Amerika Serikat Faktor terakhir yang menyebabkan kekalahan Jerman adalah perang melawan Amerika Serikat. Loh, kok ini dipisahkan? Begini loh, Amerika Serikat TIDAK PERNAH menyatakan perang melawan Jerman. Ingat, yang menyerang Amerika Serikat adalah Jepang. Setelah Pearl Harbor, presiden Roosevelt menyatakan perang melawan Jepang. Tidak ada kata Jerman atau Nazi atau Hitler dalam pernyataan perang tersebut. Semua pun bertanya-tanya, “Jerman gimana?” Dari sudut pandang Jerman sendiri, Hitler sebetulnya tak bisa mendapat apa-apa dari menyatakan perang melawan Amerika Serikat. Memangnya wilayah Amerika Serikat mana yang dibutuhkan Jerman? Memangnya sumber daya esensial apa yang hanya bisa didapat jika menaklukkan Amerika Serikat? Memangnya Jerman punya kemampuan menyeberangi samudera Atlantik dan menyerang tanah air Amerika Serikat? Semua pertanyaan itu jawabannya adalah TIDAK ADA. Salah satu poster propaganda Amerika Serikat yang menunjukkan sentimen anti Hitler dan Nazi Jerman. Namun, kenyataannya, tanggal 11 Desember 1941, empat hari setelah Pearl Harbor, Hitlerlah yang menyatakan perang melawan Amerika Serikat. Hitler sudah lama kesal, sebab dia tahu persis, walau Amerika Serikat berstatus netral dalam perang, sebetulnya diam-diam memasok Inggris dan Uni Soviet dengan senjata, truk, pesawat, dan lain-lain. Serangan Jepang di Pearl Harbor membuat Hitler 100% yakin akan kemenangan Jerman atas Amerika Serikat. Ini adalah kesalahan perhitungan; blunder terbesar yang dibuat oleh Hitler. Dengan adanya status perang antara Amerika Serikat dengan Jerman, Amerika Serikat dan rakyatnya mengerahkan segenap kekuatan militer, sumber daya, dan industrinya secara terang-terangan. Sebelumnya, karena kuatnya lobi anti perang di Amerika Serikat, mereka tak bisa 100% mendukung Inggris dan Uni Soviet. Hitler sudah menjadikan negara penjajah terkuat Inggris dan negara dengan daratan terluas Uni Soviet sebagai musuhnya. Kini dia menjadikan negara dengan ekonomi terbesar di dunia sebagai musuh barunya. Amerika Serikat langsung mengirim ribuan kapal terbang, ratusan ribu tentara, ratusan kapal perang, dan lain-lain. Dengan bantuan Amerika Serikat, Inggris mengamankan Samudera Atlantik dari ancaman kapal selam Jerman; menghujani kota-kota Jerman dengan bom, dengan agresif menyerang posisi-posisi pertahanan Jerman di Afrika Utara, Italia, bahkan merebut kembali tanah Perancis dengan operasi amfibi terbesar sepanjang sejarah. Semua ini takkan mungkin tercapai di tahun 1942 – 1944 seandainya Amerika Serikat tidak terlibat perang terbuka melawan Jerman. Kuat dan dominan belum tentu menang. Jadi, mengapa Jerman kalah? Padahal di awal mereka nampak begitu unggul. Banyak banget faktor yang menyebabkan kekalahan Jerman, pribadi Hitler memang sebuah faktor yang amat berpengaruh, tetapi jika saja operasi Barbarossa dimulai sesuai dengan keinginan Hitler sehingga Jerman berhasil merebut Kaukasus di akhir 1941, Jerman memiliki peluang besar untuk mengalahkan Uni Soviet dan memenangkan Perang Dunia II. Seandainya musim dingin di tahun 1941 tidak memecahkan rekor… Seandainya Rommel mendapatkan lebih dari 2 divisi… Seandainya ada anak buah Hitler yang meyakinkan bosnya bahwa perang terbuka melawan Amerika Serikat adalah ide buruk… Ada begitu banyak pengandaian. Namun, pada akhirnya kekalahan Jerman ini dapat kita kaitkan dengan prinsip Leo Tolstoy dalam novel Anna Karenina Semua pernikahan bahagia itu mirip, semua pernikahan tidak bahagia itu tidak bahagia menurut cara mereka masing-masing. Untuk mencapai kebahagiaan, untuk mencapai kesuksesan dalam segala hal, bukan cuma dalam pernikahan, tantangannya banyak. Sebagian besar, atau bahkan semua harus diatasi. Sebaliknya, untuk gagal itu mudah. Kegagalan mengatasi SATU saja masalah itu bisa berujung pada kekalahan, ketidakbahagiaan, dan kegagalan. Mimpi Hitler untuk menjadikan negeri nomor satu di dunia adalah salah satu mimpi dimana prinsip Anna Karenina ini berlaku. Menjadikan Jerman negara terhebat di dunia itu sulit. Kegagalan Hitler, partai Nazi, serta bangsa Jerman dalam mengatasi permasalahan-permasalahan mereka selama Perang Dunia II menjadi penyebab kekalahan mereka sendiri. Gimana? Lo bisa dapat pelajaran apa dari cerita ini? Well, sekuat dan sedominan apa pun lo, kalau lo gak bisa mendisiplinkan diri dalam mengatasi permasalahan, kemenangan yang sudah nampak di depan gerbang pun dapat berubah menjadi kekalahan. Sekian dulu cerita gue, guys. Semoga cerita tentang kekalahan Jerman di Perang Dunia II ini bisa menjadi pembelajaran untuk lo semua. Kalo lo ada pertanyaan atau mau diskusi tentang topik ini, boleh banget tulis di kolom komentar. Sampai jumpa di artikel berikutnya, ya. Referensi Alan Bullock Hitler A Study in Tyranny Alan Bullock Hitler & Stalin Parallel Lives August Kubizek The Young Hitler I Knew Frank Smoter Adolf Hitler the Making of a Führer di diakses tanggal 12 September 2016 Norman M. Naimark Stalin’s Genocide Ojong Perang Eropa 1, 2, dan 3. Patrick J. Buchanan Chuchill, Hitler, and the Unnecessary War Richard Overy Russia’s War A History of the Soviet War Effort 1941-1945 Samuel P. Huntington The Soldier and The State Simon Sebag Montefiore Stalin The Court of the Red Tsar Sumber Peta Wikimedia Commons United States Military Academy Westpoint Department of History European Theater Map
Perang Dunia 1 – Sejarah, Latar Belakang, Penyebab, Negara yang Terlibat, Dampak, Jalannya & Akhir Perang – Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai Perang Dunia Ke I yang dimana dalam hal ini meliputi sejarah, latar belakang, penyebab, negara yang terlibat, dampak, jalannya dan akhir perang, untuk lebih memahami dan mengerti simak ulasan dibawah ini. Perang Dunia I PDI adalah perang global yang berpusat di Eropa yang dimulai pada 28 Juli 1914 -11 November 1918. Perang ini sering disebut Perang Dunia atau Perang Besar terjadi sampai awal Perang Dunia II pada tahun 1939, dan Perang Dunia Pertama atau Perang Dunia I setelah itu. Perang ini melibatkan semua kekuatan besar dunia, yang dibagi menjadi dua aliansi bertentangan, yaitu Sekutu berdasarkan Entente Tiga yang terdiri dari Inggris, Perancis, dan Rusia dan Kekuatan Sentral terpusat pada Aliansi Tiga yang terdiri dari Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia, tapi ketika Austria-Hungaria menyerang ketika sedang aliansi pertahanan, Italia tidak ikut berperang. Kedua aliansi ini melakukan reorganisasi Italia berada di Sekutu dan memperluas diri ketika banyak negara yang berpartisipasi dalam perang. Lebih dari 70 juta tentara militer, termasuk 60 juta orang Eropa, dimobilisasi di salah satu perang terbesar dalam sejarah. Lebih dari 9 juta tentara jatuh, terutama disebabkan oleh kemajuan teknologi yang meningkatkan tingkat mematikan senjata tanpa mempertimbangkan peningkatan perlindungan atau mobilitas. Perang Dunia I adalah konflik paling mematikan keenam dalam sejarah dunia, sehingga membuka jalan untuk berbagai perubahan politik seperti revolusi di beberapa negara yang terlibat. Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait Perang Ambarawa Penyebab perang jangka panjang meliputi kebijakan luar negeri imperialis kekuatan besar Eropa, termasuk Kekaisaran Jerman, Kekaisaran Austro-Hungaria, Kekaisaran Ottoman, Kekaisaran Rusia, Kerajaan Inggris, Republik Perancis, dan Italia. Membunuh 28 Juni 1914 terhadap Archduke Franz Ferdinand dari Austria, pewaris tahta Austria-Hungaria, oleh seorang nasionalis Yugoslavia di Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina adalah pencetus perang ini. Pembunuhan menyebabkan ultimatum Habsburg terhadap Kerajaan Serbia. Beberapa aliansi terbentuk selama dekade sebelumnya terguncang, sehingga dalam hitungan minggu semua negara besar yang terlibat dalam perang; melalui koloni mereka, konflik segera menyebar di seluruh dunia. Konflik dibuka dengan invasi Serbia oleh Austria-Hungaria, diikuti oleh invasi Jerman Belgia, Luksemburg, dan Perancis; dan menyerang Rusia ke Jerman. Setelah pawai Jerman di Paris tersendat, Front Barat melakukan pertempuran statis gesekan dengan garis parit yang mengubah sedikit suasana sampai tahun 1917. Di Timur, tentara Rusia berhasil mengalahkan Kekaisaran Ottoman, tetapi dipaksa untuk mundur dari Prusia Timur dan Polandia oleh tentara Jerman. Front lainnya dibuka setelah Kekaisaran Ottoman untuk berpartisipasi dalam perang tahun 1914, Italia dan Bulgaria pada tahun 1915 dan Rumania pada tahun 1916. Kekaisaran Rusia runtuh Maret 1917, dan Rusia menarik diri dari perang setelah Revolusi Oktober tahun itu. Setelah serangan Jerman di sepanjang front barat pada tahun 1918, Sekutu memaksa Jerman mundur dalam serangkaian serangan yang sukses dan pasukan AS mulai memasuki parit. Jerman, yang merupakan masalah dengan revolusi pada saat itu, sepakat untuk gencatan senjata pada November 11, 1918 dikenal sebagai Hari Gencatan Senjata. Perang berakhir dengan kemenangan Sekutu. Latar Belakang Perang Dunia I Pada abad ke-19, kekuatan besar di Eropa berusaha untuk menjaga keseimbangan kekuatan di seluruh Eropa, sehingga pada tahun 1900 memunculkan jaringan aliansi politik dan militer yang kompleks di benua ini. Dimulai pada tahun 1815 dengan Aliansi Suci antara Prusia, Rusia, dan Austria. Kemudian, pada bulan Oktober 1873, Kanselir Jerman Otto von Bismarck menegosiasikan Dreikaiserbund Jerman Dreikaiserbund antara monarki Austria-Hungaria, Rusia, dan Jerman. Perjanjian ini gagal karena Austria-Hungaria dan Rusia tidak bisa setuju pada kebijakan Balkan, meninggalkan Jerman dan Austria-Hungaria dalam aliansi yang dibentuk pada tahun 1879 yang disebut Aliansi Dua. Hal ini dipandang sebagai metode melawan pengaruh Rusia di Balkan ketika Kekaisaran Ottoman terus melemah. Pada tahun 1882, aliansi ini meluas ke Italia dan menjadi Triple Alliance. Setelah tahun 1870, konflik Eropa terhindar melalui perjanjian jaringan yang direncanakan dengan hati-hati antara Kekaisaran Jerman dan seluruh Eropa, yang dirancang oleh Bismarck. Dia berusaha untuk menahan Rusia untuk tetap di sisi Jerman untuk menghindari perang dua-depan dengan Perancis dan Rusia. Ketika Wilhelm II naik tahta sebagai Kaisar Jerman Kaiser, Bismarck dipaksa untuk pensiun dan sistem aliansi yang perlahan-lahan dihapus. Misalnya, Kaiser menolak untuk memperbaharui Rückversicherungsvertrag dengan Rusia pada tahun 1890. Dua tahun kemudian, Aliansi Franco-Rusia ditandatangani untuk melawan kekuatan Triple Alliance. Pada tahun 1904, Inggris menandatangani serangkaian perjanjian dengan Perancis, Entente Cordiale, dan pada tahun 1907, Inggris dan Rusia menandatangani Konvensi Anglo-Rusia. Meskipun perjanjian ini secara resmi tidak bergaul Inggris dengan Perancis atau Rusia, mereka memungkinkan Inggris memasuki konflik yang akan melibatkan Perancis dan Rusia, dan sistem penguncian perjanjian bilateral yang kemudian dikenal sebagai Triple Entente. Kekuatan industri dan ekonomi Jerman tumbuh pesat setelah penyatuan dan pembentukan Kekaisaran pada tahun 1871. Sejak pertengahan 1890-an dan seterusnya-, pemerintah Wilhelm II memakai basis industri ini untuk mengambil keuntungan dari sumber daya ekonomi dalam jumlah besar untuk membangun Kaiserliche Kelautan Imperial Angkatan Laut Jerman, yang didirikan oleh Laksamana Alfred von Tirpitz, untuk menyaingi Inggris Royal Navy untuk dunia supremasi laut. Akibatnya, setiap negara berusaha untuk mengalahkan negara-negara lain dalam hal kapal modal. Dengan peluncuran HMS Dreadnought tahun 1906, Kerajaan Inggris memperluas keunggulannya terhadap pesaingnya, Jerman. Perlombaan senjata antara Inggris dan Jerman akhirnya meluas ke seluruh Eropa, dengan semua kekuatan-kekuatan besar memanfaatkan basis industri mereka untuk memproduksi peralatan dan senjata yang diperlukan untuk konflik pan-Eropa. Antara 1908 dan 1913, belanja militer dari kekuatan Eropa meningkat sebesar 50 %. Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait Hasil Sidang BPUPKI – Anggota, Pembentukan, Sejarah Dan Ringkasannya a. Sebab Umum Perang Dunia 1 Berikut ini terdapat beberapa sebaba umum perang dunia 1, terdiri atas Pertentangan Antarnegara Negara-negara Eropa, seperti Inggris, Jerman , Italia, Perancis dan Belgia mengalami kemajuan industri yang sangat pesat. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya persaingan ekonomi diantara negara-negara tersebut untuk mendapatkan bahan baku dan daerah pemasaran. Perluasan wilayah dilakukan negara-negara Eropa tersebut untuk memenuhi kebutuhan Industrinya, seperti Inggris menduduki Malaysia, Singapura, India, Afrika Selatan, dan Mesir. Bangsa Perancis berhasil menduduki Kamboja, Laos, Maroko, dan Tunisia. Bangsa Jerman berhasil menduduki Afrika Barat Daya, sedangkan Italia berhasil menduduki Afrika Utara. Usaha memperluas daerah jajahan ini sering kali menjadi persengketaan diantara negara-negara itu. Maka persaingan yang semula hanya di bidang ekonomi berkembang menjadi persaingan politik. Misalnya Italia dan Perancis sama-sama ingin menguasai daerah Afrika Utara. Jerman dan Perancis memperenutkan daerah Ruhr. Austria dan Rusia memperebutkan Balkan. Jerman dan Inggris memperebutkan daerah Timur Tengah. Dari persaingan politik tersebut terjadi peperangan diantara negara-negara Eropa yang saling bermusuhan tersebut. Peperangan tersebut adalah sebagai berikut Jerman dan Perancis Permusuhan Jerman dan Perancis disebabkan adanya rasa dendam Perancis terhadap Jerman yang pernah dikalahkan pada perang 1870-1871. Jerman dan Inggris Jerman merasa dirugikan karena barang dagangannya yang masuk Inggris dilarang untuk dibeli oleh orang-orang Inggris. Selain itu Inggris merasa tesaingi oleh Jerman dalam hal angkatan laut. Pada waktu itu Inggris merupakan negara terkuat di dunia dalam hal angkatan laut. Inggris dan Perancis Politik perluasan wilayah yang dilakukan Perancis dibawah Napoleon Bonaparte sangat merugikan Inggris sebagai negara negara yang menguasai lautan dunia. Rusia dan Austria Kedua negara ini mempunyai ambisi yang sama untuk menguasai darah Balkan. Jerman, Inggris, Perancis dan Italia bersaing untuk menguasai wilayah Afika. Persekutuan Antarnegara a. Triple Alliance 1882 [Jerman, Austria-Hungary, Italia] Triple Alliance adalah persahabatan militer antara Jerman, Austria-Hungary dan Italia, Sejarah persahabatan ini mulai pertama kali sejak Austria-Hungary mengalami krisis ketika menghadapi konflik Bosnia, pada saat itu Bosnia telah dibantu oleh Serbia dan Rusia, maka Austria-Hungary meminta dukungan dari Jerman yaitu pada tahun 1879. Seperti Jerman, Italia memiliki keinginan yang serupa dalam hal menjaga kestabilan nasional, tambah lagi Italia sedang berselisih dengan Prancis memperebutkan Tunisia pada tahun 1881. Maka pada tahun 1882, Italia menjalin kerjasama antara dua Negara yakni, Jerman dan Austria-Hungary. Ketiga Negara ini memiliki keinginan yang sama untuk menjadi Great Poweratau Adikuasa pada masa awal abad ke 20 nanti. Istilah yang diberikan kepada ketiga Negara ini adalah Central Power atau Blok Sentral. Pada awalnya Italia memihak kepada Triple Alliance namun pada akhirnya Italia berbalik arah menyerang Jerman dan Austria-Hungary. Faktanya Triple Alliance ini lebih didukung oleh anggota baru mereka yakni Khilafah Islamiah Usmani Turki daripada Italia sebagai Anggota aslinya. Alasan Beroindahnya Italia ini dikarenakan pada awal berpecah Perang Italia menyatakan diri sebagai Negara yang netral, namun lama-lama Italia merasa dirugikan Triple Alliance dan berpindahlah Italia ke Triple Entente. B. Triple Entente [Perancis, Inggris, Russia] Triple Entente ” Entente ” – bahasa Perancis untuk “persetujuan” nama ini adalah istilah yang diberikan untuk perserikatan negara Inggris , Perancis , dan Rusia. Sejarah persahabatan ini mulai terlihat jelas setelah ditandatangani Anglo-Russian Entente atau Anglo-Russian Convention pada 31 Agustus 1907 di St . Petersburg yang ditandatangani oleh Alexander Izvolsky , menteri luar negeri kekaisaran Rusia , dan Sir Arthur Nicolson , duta besar Inggris di rusia. Hasil dari Anglo-Russian Entente itu menggambarkan masing-masing mereka diharuskan saling memperbaiki hubungan diplomatik, memperbesar kekuasaan dan memiliki pola pengaruh tersendiri di Iran , Afghanistan dan Tibet. Iran pada saat itu misalnya dibagi ke dalam tiga daerah daerah Inggris di selatan , daerah Rusia di utara , dan daerah netral sebagai penyangga di diantaranya. Persetujuan ini menjadi simpul kuat antara Inggris, Rusai dan Prancis yang sebenarnya pada tahun-tahun kebelakang telah memiliki kedekatan. Sebelum Anglo-Russian Entente telah terjadi Entente Cordiale 8 April 1904 diantara Inggris dan Prancis yang dilatarbelakangi kehendak memperlancar Imperialisme, ketakuatan akan perang dan ketakutan akan ekspansi Jerman. Entente Cordiale ” Cordiale ” – bahasa Perancis untuk “ramah tamah” berlangsung secara rahasia di kota London dengan ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Prancis, Théophile Delcassé, Duta Besar Negara Prancis untuk Inggris, Paul Cambon dan Sekretaris Hubungan Luar Negeri Inggris, Lord Lansdowne. Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait Konferensi Asia-Afrika Begitu juga sebelum Anglo-Russian Entente telah terjadi Franco-Russian Alliance 4 Januari 1892 yaitu persetujuan persahabatan militer antara Prancis dan Rusia , bukti dari persetujuan ini masih dapat kita lihat di kota Paris, yaitu berupa patung Pont Alexandre III di Paris dan the Trinity Bridge di St. Petersburg, Rusia. Dari persekutuan dan persetujuan yang tiga inilah maka pada puncaknya berdiri persekutuan yang sangat erat antara Inggris, Prancis dan Rusia, yang kita kenal Blok Sekutu. Perlombaan Senjata Persaingan diantara negara-negara persekutuan militer tadi saling mengancam stabilitas negara-negara lainnya. Akibatnya, mereka mengembangkan industri militernya untuk menghasilkan senjata-senjata perang. b. Sebab Khusus Perang Dunia I Insiden yang menyebabkan perang antar negara-negara Eropa pada 1914 ialah kejadian di daerah Balkan. Daerah Balkan meupakan wilayah yang strategis karena daerah penghubung antara Eropa dan Asia. Kejadian di daerah Balkan dimulai dengan perang antara Austria dan Serbia. Serbia bercita-cita ingin mempersatukan bangsa-bangsa Slavia Selatan dalam suatu negara besar yang meliputi Slovenia, Kroasia, Bosnia, Herzegovina, Montenegro, Macedonia, Serbia, dengan dipimpin oleh Serbia. Pada 1878, Kongres Berlin memutuskan bahwa Serbia diberikan kemerdekaan penuh, sedangkan Bosnia dan Herzegovina masih tetap diduduki oleh Austria. Perebutan daerah Balkan inilah yang menjadi penyebab timbulnya pertentangan antara Austria dan Serbia. Hal yang mengkhawatirkan bagi Austria ialah gerakan suku bangsa Slavia Gerakan Pan-Slavianisme di wilayahnya, yaitu Bosnia dan Herzegovina. Gerakan ini didukung oleh Serbia yang juga musuh Austria. Pada tanggal 28 Juni 1914, pemerintah Austria mengutus putra mahkota Austria, Franz Ferdinand dengan tujuan untuk menenangkan rakyat Slavia di Sarajevo, Bosnia. Akan tetapi, ia ditembak mati oleh seorang pemberontak Serbia, bernama Gavrillo Princip. Dari hasil penyelidikan kasus tersebut, ternyata pembunuhan tersebut sudah direncanakan sebelumnya di Elgrado Serbia. Adapun yang terlibat dalam rencana pembunuhan tersebut ialah pihak militer dan pemerintah Serbia. Pada 23 Juli 1914, Menteri Luar Negeri Austria Leopold von Berchtold mengeluarkan ultimatum yang berisi sebagai berikut Pemerintah Serbia harus menindas semua gerakan anti-Austria di Serbia dan memecat pejabat-pejabat yang bersalah. Para pejabat Austria diizinkan untuk membantu gerakan penindasan kaum pemberontak dan menjatuhkan hukuman kepada mereka yang terlibat dalam pembunuhan putra mahkota Austria. Jawaban ultimatum tersebut ditunggu dalam waktu 48 jam. Pemerintah Serbia akan memenuhi sebagian besar tuntuan Austria, tetapi diikuti dengan tindakan mobilisasi menghadapi perang. Pemerintah Austria menganggap jawaban ultimatum tersebut tidak memuaskan sehingga mengumumkan perang terhadap Serbia pada tanggal 28 Juli 1914. Penyebab Perang Dunia I Penyebab Perang Dunia I, yang dimulai di Eropa Tengah pada akhir Juli 1914, termasuk saling terkait faktor, seperti konflik dan permusuhan dari empat dekade sebelum perang. Militerisme, aliansi, imperialisme, dan nasionalisme juga memainkan peran utama dalam konflik ini. Namun demikian, asal langsung perang terletak pada keputusan yang diambil oleh negarawan dan jenderal selama krisis tahun 1914, casus belli bahwa pembunuhan Archduke Franz Ferdinand dari Austria dan istrinya oleh Gavrilo Princip, seorang Serbia. Krisis itu terjadi setelah serangkaian pertikaian diplomatik antara negara-negara besar yang panjang dan sulit Italia, Perancis, Jerman, Inggris, Empire Austria-Hungaria dan Rusia pada isu-isu Eropa dan kolonial dalam satu dekade sebelum 1914 yang telah ditinggalkan tinggi ketegangan. Pada gilirannya, bentrokan diplomatik ini dapat ditelusuri ke keseimbangan perubahan kekuasaan di Eropa sejak 1867. Penyebabnya cepat untuk perang adalah ketegangan atas wilayah di Balkan. Austria-Hongaria ke Serbia dan Rusia bersaing untuk wilayah dan pengaruh di wilayah ini dan mereka menarik semua negara besar ke dalam konflik melalui berbagai aliansi dan perjanjian. Topik penyebab Perang Dunia I adalah salah satu yang paling dipelajari dalam sejarah dunia. Para ahli telah menafsirkan topik berbeda. Negara yang Terlibat Perang Dunia 1 Berikut ini terdapat beberapa negara yang terlibat perang dunia 1, terdiri atas a. Blok Sekutu Rusia Perancis Britania Raya Kanada Italia Amerika Serikat Negara-negara yang bergabung Kerajaan Serbia Kerajaan Rusia sampai November 1917 Perancis termasuk pasukan dari negara koloni Perancis Kerajaan Inggris 1. Negara Persemakmuran Inggris dan Irlandia 2. Australia 3. Kanada 4. Selandia Baru 5. Newfoundland 6. Afrika Selatan 7. Kerajaan India 8. Negara boneka dan koloni Inggris 5. Kerajaan Belgia termasuk pasukan negara koloni Belgia 6. Kerajaan Montenegro 7. Kekaisaran Jepang 8. Kerajaan Italia April 1915 dan sesudahnya 9. Portugal 10. Kerajaan Romania Agustus 1916 dan sesudahnya 11. Kerajaan Yunani Mei 1917 dan sesudahnya 12. Amerika Serikat 1917 dan sesudahnya 13. San Marino 14. Andorra 15. Tiongkok 16. Brazil 17. Bolivia 18. Kosta Rika 19. Kuba 20. Guatemala 21. Haiti 22. Honduras 23. Ekuador 24. Nikaragua 25. Uruguay 26. Panama 27. Peru 28. Siam 29. Liberia 30. Republik Demokratik Armenia 1918 31. Cekoslowakia 1918 Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait Sejarah, Latar Belakan Dan Penyebab Terjadinya Perang Dunia Ke II b. Blok Sentral Austria-Hungaria Jerman Kekaisaran Ottoman Bulgaria Jalannya Perang Dunia I Berikut ini terdapat beberapa jalannya perang dunia 1, terdiri atas Kebingungan Blok Sentral Strategi Blok Sentral mengalami miskomunikasi. Jerman telah berjanji untuk mendukung invasi Austria-Hongaria ke Serbia, tetapi interpretasi arti yang berbeda. Rencana penyebaran diuji sebelumnya digantikan pada awal 1914, namun penggantian belum pernah diuji dalam praktek. Para pemimpin Austria-Hongaria yakin Jerman akan melindungi perbatasan utara invasi Rusia. Meski begitu, Jerman mengharapkan Austria-Hongaria mengarahkan sebagian besar pasukannya ke Rusia, sementara Jerman menangani Perancis. Kebingungan ini mendorong Austro-Hungaria tentara untuk membagi pasukannya antara front Rusia dan Serbia. Pada tanggal 9 September 1914, Septemberprogramm, rencana memungkinkan menyebutkan tujuan perang Jerman dan persyaratan yang diberlakukan Jerman melawan Sekutu Perang Dunia II, yang dibuat oleh Kanselir Jerman Theobald von Bethmann-Hollweg. Rencana ini tidak pernah dilakukan secara resmi. Kampanye Afrika Sejumlah pertempuran pertama dalam perang yang melibatkan kekuasaan kolonial Inggris, Perancis, dan Jerman di Afrika. Pada tanggal 7 Agustus, tentara Perancis menyerbu protektorat Inggris dari Togoland dan Jerman. Pada tanggal 10 Agustus, pasukan Jerman di South-West Afrika menyerang Afrika Selatan, pertempuran sporadis dan sengit berlanjut sampai akhir perang. Kekuatan kolonial Jerman di Afrika Timur Jerman, yang dipimpin oleh Kolonel Paul Emil von Lettow-Vorbeck, kampanye perang gerilya selama Perang Dunia I dan hanya menyerah dua minggu setelah gencatan senjata yang berlaku di Eropa. Kampanye Serbia Austria menyerang dan melawan pasukan Serbia pada Pertempuran Cer dan Pertempuran Kolubara yang dimulai pada tanggal 12 Agustus. Sampai dua minggu ke depan, serangan Austria yang rusak dengan kerugian besar, yang menandai kemenangan Sekutu besar pertama dalam perang ini dan memupus harapan Austria-Hongaria kemenangan halus. Akibatnya, Austria harus menempatkan pasukan yang cukup di depan Serbia, sehingga merusak upaya untuk membuka perang dengan Rusia. Kekalahan Serbia dalam invasi Austria-Hongaria pada tahun 1914 diklasifikasikan sebagai kemenangan terbalik besar dalam abad terakhir. Dampak Perang Dunia 1 Berikut ini terdapat beberapa dampak perang dunia 1, terdiri atas Bidang Politik Munculnya negara-negara baru, seperti Polandia, Cekoslovakia, Kroasia, Yugoslavia, Hongaria, Irak, Iran, Yordania, Mesir, Arab Saudi, dan Syria Suriah. Munculnya paham-paham baru, seperti fasisme di Italia, naziisme di Jerman, nasionalisme di Turki, militerisme di Jepang, dan komuisme di Rusia. Bidang Sosial Perang Dunia I membutuhkan perlengkapan, sehingga mendorong produktivitas industri yang semakin besar. Dengan demikian buruh semakin dibutuhkan, sehingga kedudukan buruh dan wanita semakin penting. Perangyangberkepanjanganmenimbulkan rasa marah, bosan, ngeri sehingga memunculkan keinginan perdamaian. Maka dibentuklah League of Nations atau Liga Bangsa-Bangsa pada 1919. Bidang Ekonomi Selama Perang Dunia I berkecemuk, perekonomian tidak mendapat perhatian yang layak. Akibatnya, krisis ekonomi yang dahsyat melanda dunia. Hal ini dikenal dengan sebutan Malaise 1929. Adapun penyebab dari krisis ekonomi tersebut adalah sebagai berikut Kemiskinan akibat tenaga manusia tercurah untuk keperluan perang, dan faktor-faktor produksi rusak. Over produksi, akibat perdagangan internasional terhenti oleh proteksi yang dilakukan oleh negara-negara totaliter seperti Jerman, Italia dan Rusia. Terhambatnya pemberian kredit. Banyak nasabah yang menarik dopositnya karena terjadi inflasi yang sangat tinggi serta banyak perbankan yang menarik kembali pinjamannya. Terjadinya kekacauan pembayaran. Terjadi perbedaan besar dalam nilai mata uang Jerman, Austria, dan Perancis terhadap dollar Amerika. Pada puncak krisis nilai mata uang mencapai 1$= Mark Jerman. Baca Juga Artikel yang Mungkin Terkait Isi Trikora – Tujuan, Latar Belakang, Tokoh dan Dampak Berakhirnya Perang Dunia 1 Perang Dunia I diakhiri dengan kemenangan Blok Sekutu dan kekalahan Blok Sentral. Penyelesaian Perang Dunia I dilakukan dengan mengadakan perjanjian-perjanjian perdamaian yang diantaranya sebagai berikut Perjanjian Versailles. Perjanjian ini dilakukan pada tanggal 28 Juni 1918. Isi perjanjian dari Versailles antara lain Jerman menyerahkan Elzas-Lotharingen kepada Perancis dan Eupen-Malmedy kepadaBelgia. Danzig dan sekitarnya menjadi kota merdek di bawah LBB. Jerman kehilangan ssemua daerah jajahannya dan diserahkan kepada Inggris. Perancis, dan Jepang. Jerman membayara ganti kerugian perang sebesar 132 milyar mark emas kepada sekutu. Angkatan perang Jerman diperkecil maksimal tentara. Daerah Jerman sebelah barat sungai Rhein diduduki sekutu sebagai jaminan, selama lima belas tahun. Perjanjian Saint Germain. Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 10 November 1919. Perjanjian ini untuk menyelesaikan permasalahan antara Sekutu dan Austria. Isi dari perjanjian Saint Germain, Austria mengakui kemerdekaan Hongaria, Cekoslovakia, dan Polandia. Austria kehilangan Tyrol, Istrie, dan sebagian Sudenten. Diadakan demiliterisasi di Austria. Serbia ditambah Montenegro dan beberapa daerah Austria di Balkan menjadi daerah Yugoslavia. Perjanjian D. Neuilly Perjanjian ini dilakukan pada tanggal 27 November 1919. perjanjian ini dilakukan oleh Sekutu dan Bulgaria. Isi perjanjian ini adalah bahwa Bulgaria menyerahkan daerah pantai Aegia kepada Yunani. Perjanjian Sevres Perjanjian Sevres dilakukan pada tanggal 20 agustus 1920. Negara yang berperan dalam perjanjian ini adalah Sekutu dan Turki. Isi perjanjian adalah Daerah Turki diperkecil, sehingga tinggal Konstantinopel dan sekitarnya. Daerah yang penduduknya bukan orang Turki harus dilepaskan. Smyrna dan Thracia diduduki oleh Yunani. Dardanella, Laut Marmora, dan selat Bosporus harus dibuka untuk semua kapal dari semua bangsa. Demikianlah pembahasan mengenai Perang Dunia 1 – Sejarah, Latar Belakang, Penyebab, Negara yang Terlibat, Dampak, Jalannya & Akhir Perang semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya.
Pahamifren, di antara kamu pasti pernah tahu peristiwa Perang Dunia 1 kan? Peristiwa bersejarah ini termasuk sebagai perang paling mematikan dalam sejarah umat manusia, lho. Setidaknya, ada 9 juta tentara dan 13 juta warga sipil yang tewas akibat perang ini. Sebenarnya, bagaimana sih proses terjadinya Perang Dunia 1, berapa banyak negara yang terlibat Perang Dunia 1? Nah, pada Materi Sejarah Peminatan Kelas 11 ini, Mipi mau mengajak kamu untuk membahas tentang Perang Dunia 1. Simak artikel ini sampai selesai ya. Latar Belakang dan Negara yang Terlibat Perang Dunia 1 Sebelum membahas tentang negara mana saja yang terlibat Perang Dunia 1, ada baiknya kamu mengetahui dulu latar belakangnya, sebagai berikut Latar Belakang Sebab khusus Perang Dunia 1 dipicu oleh peristiwa penembakan pewaris mahkota Austria-Hongaria, Archduke Franz Ferdinand dan istrinya, Archduchess Sophie, pada tanggal 8 Juni 1914 di Sarajevo oleh seorang Serbia-Bosnia, Gavrilo Princip. Penembakan itu akhirnya membuat Austria-Hungaria mengumumkan perang terhadap Serbia. Namun, proses terjadinya Perang Dunia 1 sebenarnya juga dilatarbelakangi oleh faktor lain, seperti imperialisme dan militerisme negara-negara Eropa. Pada abad ke-19, persaingan antara negara-negara imperialis besar di Eropa yang dipicu perkembangan industri, menciptakan banyak konflik politik di antara negara-negara tersebut. Konflik-konflik di antara negara-negara itu akhirnya mendorong pihak-pihak yang bertikai membentuk aliansi politik dan militer untuk menyeimbangkan kekuasaan yang ada di seluruh Eropa. Tantangan terbesar pada masa itu adalah penolakan Inggris untuk beraliansi dengan negara manapun, jatuhnya kekaisaran Ottoman, dan bangkitnya Prusia di bawah kepemimpinan Otto von Bismarck yang kemudian menguasai Jerman, mengalahkan Prancis dalam Perang Prancis-Prusia di tahun 1871, dan membentuk Kekaisaran Jerman. Pada tahun 1873, Bismarck kemudian membentuk aliansi Liga Tiga Kaisar antara monarki Jerman, Austria-Hongaria, dan Rusia demi mengisolasi Prancis dan mencegah Jerman diserang dari dua front, Prancis dan Rusia. Bismarck melakukan negosiasi dengan Rusia karena pada saat itu Prancis ingin membalas dendam atas kekalahan mereka dan mengambil alih kembali wilayah mereka yang direbut Jerman. Namun, pada tahun 1878, aliansi ini bubar karena kemenangan Rusia dalam Perang Rusia-Turki 1877–1878 dan Austria-Hongaria tidak sepakat dengan Rusia dalam kebijakan Balkan. Bubarnya Liga Tiga Kaisar membuat Jerman dan Austria-Hongaria membentuk Aliansi Dua pada tahun 1879, yang dipandang sebagai upaya dalam melawan pengaruh Rusia di Balkan ketika Kesultanan Ottoman semakin melemah. Aliansi Dua ini kemudian berubah menjadi Aliansi Tiga dengan bergabungnya Italia pada tahun 1882. Pada tahun 1887, Jerman dan Rusia membuat perjanjian rahasia, Perjanjian Reasuransi, mengenai sikap untuk tetap netral bila Jerman diserang oleh Prancis atau Rusia diserang oleh Austria-Hungaria. Sayangnya, saat Kaisar Jerman yang baru, Kaiser Wilhelm II, naik takhta dan memaksa Bismarck pensiun, semua kebijakan dan sistem aliansi Bismarck perlahan dihapus. Leo von Caprivi, Kanselir Jerman yang baru, juga membujuk Kaiser Wilhelm II untuk tidak memperbaharui Perjanjian Reasuransi dengan Rusia sehingga memungkinkan Prancis melawan Aliansi Tiga dengan Aliansi Prancis-Rusia pada tahun 1894. Pada tahun 1907, Inggris dan Rusia juga menandatangani Konvensi Inggris-Rusia. Sekalipun perjanjian tersebut bukan aliansi formal, tetapi dengan berakhirnya konflik kolonial antara Inggris dan Rusia ditambah berakhirnya konflik antara Inggris dan Prancis dalam Entente Cordiale, membuat Inggris dapat masuk ke konflik yang dihadapi Prancis atau Rusia di kemudian hari. Perjanjian bilateral antara Prancis, Inggris, dan Rusia ini kemudian dikenal sebagai Entente Tiga. Saat situasi semakin memanas di kalangan negara-negara besar Eropa, kekuatan industri dan ekonomi Jerman justru berkembang pesat, bahkan mampu menyaingi Inggris dan Prancis pada tahun 1871. Ditambah lagi, pada pertengahan 1890-an, Jerman membangun Angkatan Laut Kekaisaran Jerman Kaiserliche Marine untuk menyaingi Angkatan Laut Inggris dalam supremasi angkatan laut dunia dan menghasilkan perlombaan senjata angkatan laut antara Inggris dan Jerman. Dalam persaingan Jerman dengan Inggris tersebut, Inggris meluncurkan HMS Dreadnought, salah satu teknologi kapal tempur laut pada tahun 1906. Tindakan ini membuat Inggris menang atas Jerman. Pada tahun 1991, Kanselir Theobald von Bethmann-Hollweg mengakui kekalahan Jerman dan melakukan titik balik persenjataan dari angkatan laut ke angkatan darat. Persaingan militer antara Jerman dan Inggris akhirnya meluas ke negara-negara Eropa lainnya. Negara-negara di Eropa memanfaatkan basis industri mereka untuk memperkuat militer mereka dan memproduksi perlengkapan serta senjata yang diperlukan dalam konflik pan-Eropa. Tercatat antara tahun 1908 sampai 1913 belanja militer negara-negara kuat di Eropa meningkat hingga 50%. Pada tahun 1908–1909, Austria-Hongaria memicu krisis di Bosnia dengan secara resmi mencaplok bekas jajahan wilayah Ottoman Bosnia dan Herzegovina, yang telah diduduki 1878. Sikap Austria-Hongaria ini membuat Kerajaan Serbia dan pelindungnya, Pan-Slavia dan Ortodoks, marah. Perang Italia-Turki pada tahun 1911–1912 juga merupakan pendahulu penting dari Perang Dunia 1 karena memicu nasionalisme di negara-negara Balkan dan membuka jalan bagi Perang Balkan. Perang Balkan Pertama, yang terjadi pada tahun 1912–1913 antara Liga Balkan dengan Kekaisaran Ottoman, dan Perang Balkan Kedua pada bulan Juni 1913 antara Bulgaria melawan Serbia dan Yunani semakin membuat Balkan semakin tidak stabil. Krisis yang terus-menerus terjadi di Balkan kemudian membuat Balkan dikenal sebagai “tong mesiu Eropa”, atau kondisi yang berubah jadi bahaya di Eropa. Hingga akhirnya, puncak dari masalah-masalah di negara-negara Eropa tersebut adalah pembunuhan Archduke Franz Ferdinand dan Archduchess Sophie pada tahun 1914. Saat Austria-Hongaria mengumumkan perang terhadap Serbia, kekuatan negara besar Eropa pun tak dapat menahan diri sehingga Perang Dunia 1 pun pecah. Negara yang Terlibat Negara yang terlibat Perang Dunia 1 bukan hanya Austria-Hungaria dan Serbia, tapi juga beberapa negara-negara Eropa besar yang beraliansi dengan kedua negara tersebut, hingga akhirnya berakhir dengan terlibatnya berbagai kekuatan besar di dunia pada saat itu. Awalnya, Perang Dunia 1 terbagi antara dua kekuatan besar Eropa, yaitu Blok Sentral dan Blok Sekutu. Blok Sentral terdiri dari Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia Aliansi Tiga. Sementara Blok Sekutu terdiri dari Inggris, Prancis, dan Rusia Entente Tiga. Namun, seiring berjalannya waktu, kedua blok melakukan reorganisasi dan memperluas diri saat banyak negara lain ikut serta dalam Perang Dunia 1. Setelah reorganisasi, Blok Sentral terdiri dari Jerman, Austria Hongaria, Kesultanan Ottoman, dan Bulgaria. Sementara Blok Sekutu terdiri dari Serbia, Rusia, Prancis, Kerajaan Inggris Negara Persemakmuran Inggris dan Irlandia, Australia, Kanada, Selandia Baru, Newfoundland, Afrika Selatan, Kerajaan India, Belgia, Montenegro, Jepang, Italia, Portugal, Romania, Yunani, Amerika Serikat, San Marino, Kerajaan Hijaz, Andorra, Tiongkok, Brazil, Bolivia, Kosta Rika, Kuba, Guatemala, Haiti, Honduras, Ekuador, Nikaragua, Uruguay, Panama, Peru, Siam, Liberia, Republik Demokratik Armenia, dan Cekoslowakia. Ringkasan Proses Terjadinya Perang Dunia 1 Setelah pembunuhan Archduke Franz Ferdinand dan Archduchess Sophie, terjadilah satu bulan manuver diplomatik antara Austria-Hongaria, Jerman, Rusia, Prancis, dan Inggris, yang kemudian dikenal sebagai Krisis Juli. Austria-Hongaria pada saat itu mengirimkan Ultimatum Juli ke Serbia berupa sepuluh permintaan yang sengaja dibuat tidak masuk akal untuk memulai perang dengan Serbia. Keinginan perang Austria-Hongaria dengan Serbia pun akhirnya terpenuhi saat Serbia hanya dapat menyetujui delapan dari sepuluh permintaan Austria-Hongaria. Pada tanggal 28 Juli 1914, tepat sebulan setelah peristiwa pembunuhan Archduke Franz Ferdinand dan Archduchess Sophie, Austria-Hongaria pun menyatakan perang kepada Serbia. Perang antara Austria-Hongaria terhadap Serbia ini melibatkan aliansi masing-masing negara. Austria-Hongaria mendapatkan dukungan dari Jerman dan menyatakan perang terhadap Prancis, sementara Serbia mendapatkan dukungan dari Prancis dan Rusia. Saat Jerman menerobos Belgia untuk menyerang Prancis pada tanggal 4 Agustus 1914, Inggris masuk ke pertempuran dengan memberikan bantuan pada Belgia dan Prancis seraya menyatakan perang terhadap Jerman. Perang antara Austria-Hongaria melawan Serbia ini dapat dianggap sebagai alibi bagi Aliansi Tiga dan Entente Tiga untuk membalaskan dendam masing-masing sekaligus menunjukkan kekuatan masing-masing negara. Dalam seminggu, Perang Dunia 1 pecah dengan melibatkan lima negara besar. Perang Dunia 1 kemudian terjadi di dua front, yaitu front barat dan front timur. Di front barat, Jerman menghadapi Prancis, sementara di front timur, Jerman menghadapi Rusia. Pada saat itu Jerman berencana menghancurkan Prancis di front barat sebelum menghadapi Rusia di front timur. Namun, rencana Jerman ini gagal karena perlawanan sengit dari Prancis di Sungai Marne, sementara Rusia sudah menuju Prusia untuk melawan Jerman. Inggris yang sudah terlibat dalam pertempuran juga tetap dapat menguasai Selat Inggris. Perang yang semula direncanakan Jerman selesai dengan cepat, pada akhirnya berubah menjadi perang pasif. Kedua belah pihak akhirnya mengambil posisi defensif dalam Perang Parit yang memanjang sejauh 78 km dari Laut Utara hingga perbatasan Swiss. Sekalipun perang mulai melambat, kedua belah pihak tetap berusaha memperkuat diri dengan memperluas daerah jajahan mereka di luar Eropa. Perang Dunia 1 pun semakin besar dengan terlibatnya negara-negara lain di dunia. Prancis dan Inggris kemudian menyerang jajahan Jerman di Kamerun, Togoland, dan Afrika Timur. Di sisi lain, Jepang yang juga menjadi negara yang terlibat dalam Perang Dunia 1 dan bergabung pada Blok Sekutu, mengambil alih jajahan Jerman di Mariana, Karolina, dan Kepulauan Marshall yang berada di Asia Pasifik. Sementara Jerman yang tidak mau tinggal diam diserang sedemikian rupa, akhirnya melancarkan perang kapal selam tak terbatas secara besar-besaran pada tanggal 31 Januari 1971 untuk mematahkan blokade tentara Inggris. Dalam serangan besar-besaran ini, Jerman turut menenggelamkan lima kapal perang dan penumpang Amerika Serikat pada bulan Maret 1917, termasuk Kapal Lusiana yang ditenggelamkan Jerman pada tanggal 7 Mei 1915. Serangan Jerman pada kapal perang dan penumpang Amerika Serikat ini, membuat Amerika Serikat yang semula bersikap netral akhirnya menyatakan perang pada Jerman pada tanggal 10 April 1917. Jadi, Amerika Serikat secara tidak langsung juga menjadi negara yang terlibat Perang Dunia 1 saat itu. Di sisi lain, di negara Rusia juga terjadi gerakan Revolusi Buruh, gerakan yang menginginkan perdamaian karena sudah muak dengan perang ini. Revolusi Buruh di Rusia dipimpin oleh Vladimir Lenin dari kaum Bolshevik. Revolusi ini berakhir dengan digulingkannya Kaisar Nicholas II, hingga akhirnya membuat Rusia menarik diri dari Perang Dunia 1. Kejadian ini tentu sangat menguntungkan Blok Sentral. Namun tetap saja, setelah pasukan Amerika Serikat turun tangan membantu Blok Sekutu, pasukan Blok Sentral pun mulai terpukul mundur, hingga akhirnya pada 29 September 1918, Bulgaria menyerah. Kesultanan Ottoman pun menyusul menyerah pada bulan 30 Oktober 1918. Setelah itu, pasukan Austria-Hongaria juga menandatangani perjanjian gencatan senjata pada tanggal 4 November 1918. Negara Jerman yang akhirnya bertahan mati-matian dari gempuran Blok Sekutu pun mulai mengalami banyak kesulitan. Pasukannya mulai kelaparan dan banyak terjadi pemberontakan di kalangan masyarakat, salah satunya terjadinya Revolusi Jerman. Seruan Revolusi Jerman yang dilakukan oleh anggota komunis di Munchen akhirnya menggulingkan kekaisaran Wilhelm II dan mengubah Jerman menjadi negara republik. Jerman akhirnya menyerah pada tanggal 11 November 1918 dengan menandatangani perjanjian gencatan senjata. Momen perjanjian gencatan senjata ini sering dinilai sebagai tanda berakhirnya Perang Dunia 1. Namun, Perang Dunia 1 dapat dikatakan secara resmi berakhir pada 28 Juni 1919, setelah Jerman menandatangani Perjanjian Versailles bersama pihak Sekutu, yang dipimpin oleh Inggris, Prancis, dan Rusia. Nah, Pahamifren, itulah ulasan materi Sejarah Peminatan Kelas 11 tentang negara yang terlibat Perang Dunia 1. Buat kamu yang ingin mendapatkan akses materi belajar online menarik lainnya, kamu bisa mengunduh platform belajar online Pahamify. Ada ratusan materi belajar berkonsep gamifikasi dari Pahamify yang dijamin membuat proses belajar kamu jadi lebih seru dan tidak membosankan. Khusus buat kamu yang lagi ngambis masuk PTN favorit, kamu bisa mencoba latihan soal UTBK melalui fitur Try Out Online Gratis Pahamify. Kamu juga bisa mengikuti Pahamify Accelerator Program biar lebih siap mengikuti UTBK SBMPTN 2021. Tunggu apalagi? Download Pahamify sekarang juga dan manfaatkan seluruh fiturnya sebagai TemanPersiapanUTBK terbaik! Penulis Salman Hakim Darwadi Pahami Artikel Lainnya
Kekuatan Militer Jerman – Sejak dalam kekalahan untuk melawan Rusia dalam Perang Dunia Kedua, Jerman langsung telah kehilangan pamor militer. Sebelumnya, mereka telah dianggap dewa karena mereka dengan armada dengan besar kapal perang. Diam-diam, dalam negara tersebut telah mulai menunjukkan dan berbenah diri bahwa masih ada taji. Negara Bavaria menempati tempat ke-9 di seluruh dunia. Dalam pembahasan kali ini, kami akan menjelaskan secara lengkap pengenai militer Jerman. Untuk ulasan selengkapnya, mari simak pembahasan sebagai berikut. Apa sajakah Kekuatan dalam Militer Jerman ?1. Mempunyai Banyak Personel Aktif2. Jumlah Pesawat Tempur yang Memadai3. Kendaraan Tempur yang Cukup Lumayan4. Jumlah Anggaran Militer yang Fantastis5. Armada Laut yang Standar6. Komando Pasukan Khusus Militer Jerman Berencana Rekrut Tenaga Spesialis Apa sajakah Kekuatan dalam Militer Jerman ? Terdapat beberapa kekuatan dalam militer Jerman, yang akan dijelaskan sebagai berikut 1. Mempunyai Banyak Personel Aktif Merupakan salah satu sebah negara yang dapat berpartisipasi dalam Perang Dunia Kedua, Jerman tetap menjadi salah satu dari 10 negara dengan militer yang terkuat di dunia. Menurut Global Fire Power, setidaknya terdapat personel militer aktif yang siap untuk melindungi adanya suatu kedaulatan terhadap negara Jerman. Dengan jumlah karyawan yang begitu banyak, Jerman masih di atas Inggris atau Israel dengan sejumlah pasukan yang lebih sedikit. Ternyata dalam negara Jerman masih menjadi wabah untuk militer dunia. 2. Jumlah Pesawat Tempur yang Memadai Di Jerman saja ada 676 kendaraan tempur udara. Dengan nomor ini Jerman adalah salah satu dari 18 negara dengan kekuatan udara terkuat di dunia. Dari 676 unit tempur itu diantaranya ialah 359 helikopter, 169 jet, dan sebuah kendaraan untuk bertempur udara yang lainnya masih dibagi lagi. Itulah alasan mengapa karakteristik Angkatan Udara Jerman adalah standar tetapi harus diperhitungkan. 3. Kendaraan Tempur yang Cukup Lumayan Jerman menempati tempat ke-14 di dunia dengan 5869 unit kendaraan taktis perang. Namun, performa ini tidak dilampaui oleh jumlah tank, yang termasuk hanya 408 unit, sehingga Jerman mengambil alih posisi tank ini ke-41 di dunia. Namun demikian, Jerman masih belum bisa diremehkan, karena Jerman terus didukung dengan 50 peluncur. 4. Jumlah Anggaran Militer yang Fantastis Dengan Jerman, menarik bahwa negara ini berani membayar anggaran militer sebesar 36 miliar dolar AS. Dengan demikian, Jerman segera mengambil tempat kedelapan dalam anggaran militer. Dengan sebuah anggaran yang begitu besar, Jerman masih mampu untuk memperbaiki adanya suatu kelemahan dalam kekuatan bagi militernya. 5. Armada Laut yang Standar Di Jerman, 81 kendaraan pelaut tersedia untuk menjaga perairan. Jumlahnya sama dengan armada laut negara Thailand. Ini menempatkan Jerman di posisi ke-29 di armada angkatan laut dunia. Ini jelas tidak sebanding dengan adanya sebuah kemampuan dalam negara Jerman selama Perang Dunia Ke-2. 6. Komando Pasukan Khusus Merupakan sebuah unit khusus Jerman yang merupakan salah satu suatu mimpi buruk dalam dunia. Unit khusus Jerman sangat berpengalaman dan terlatih. Bukti bahwa KSK telah berhasil untuk melakukan sebuah operasinya di Bosnia, dalam perang Koskow dan di Afghanistan. Kemampuan CWC membuatnya tidak diragukan lagi, merupakan salah satu pasukan khusus yang paling ditakuti di dunia. Jerman yakni telah menghapuskan dalam sebuah dinas militer bagi pria dewasa sejak pada tahun 2011 dan dalam beberapa tahun yang terakhir yakni sering mengalami adanya sebuah kesulitan menemukan perekrutan yang cocok. Kondisi ini menyebabkan militer Jerman melakukan kampanye perekrutan baik secara melalui media sosial atau dengan cara tradisional. Menteri Pertahanan Federal Ursula von der Leyen yakni telah mengatakan terhadap Rheinische Post bahwa negara itu sekarang menginginkan tentara pada tahun 2025. Saat ini, kekuatan dalam sebuah angkatan bersenjata Jerman telah mencapai sekitar Dibandingkan dengan tahun 2016, ketika suatu kekuatan dalam angkatan bersenjata Jerman jatuh ke level terendah, angka ini meningkat sekitar orang. Baca Juga Demikian pembahasan yang telah kami sampaikan secara jelas dan lengkap yakni mengenai Kekuatan Militer Jerman. Semoga ulasan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi Anda.
jelaskan upaya jerman dalam menyaingi kekuatan militer inggris